IEA Prediksi Permintaan Batu Bara Global Siap Pulih pada 2021
International Energy Agency atau IEA memperkirakan permintaan batu bara global siap untuk pulih pada tahun depan seiring dengan perbaikan ekonomi dan kemungkinan peningkatan konsumsi untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun oleh AS dan Eropa.
Mengutip laporan Coal 2020 dari IEA, terlepas dari usaha dunia untuk beralih ke arah ekonomi berbasis energi terbarukan, batu bara sebagai bahan bakar fosil terkotor tampaknya masih akan mempertahankan perannya sebagai sumber tenaga terbesar di dunia.
Hal itu tetap akan terjadi kendati pangsa pasar batu bara global akan turun menjadi sekitar 35 persen pada 2021 dibandingkan dengan 36,5 persen pada tahun ini.
“Berdasarkan asumsi pemulihan ekonomi global pada 2021, kami memperkirakan permintaan listrik dan output industri akan meningkat. Hasilnya, kami memperkirakan permintaan batu bara global akan meningkat sebesar 2,6 persen, dipimpin oleh China, India, dan Asia Tenggara,” tulis IEA dalam laporannya, dikutip Senin (21/12/2020).
Sementara itu, harga gas alam yang lebih tinggi dan kenaikan permintaan listrik akan memperlambat penurunan struktural penggunaan batu bara di Uni Eropa dan AS yang selama ini mencoba untuk meningkatkan penetrasi energi terbarukannya.
Dengan demikian, kedua wilayah itu kemungkinan dapat mencatatkan pertumbuhan konsumsi batu baranya untuk pertama kali dalam hampir satu dekade terakhir.
Permintaan batu bara UE diperkirakan meningkat secara marjinal untuk pertama kalinya sejak 2012, naik 3,5 persen, sedangkan rebound permintaan batu bara AS akan menjadi yang pertama sejak 2014, yaitu naik 11,1 persen pada tahun depan.
Adapun, pada 2020 permintaan batu bara global diprediksi mengalami penurunan terbesar sejak Perang Dunia Kedua, turun 5 persen dari level 2019.
Namun, ternyata penurunan keseluruhan permintaan batu bara global itu pada tahun ini lebih rendah daripada ekspektasi pasar saat pandemi Covid-19 pertama kali menyebar.
Permintaan emas hitam itu berhasil ditopang oleh rebound ekonomi China yang cukup kuat dan terjadi lebih dahulu, mengingat Negeri Panda itu merupakan konsumen utama batu bara dunia.
Di sisi lain, kendati permintaan pada 2021 diyakini rebound, pada 2025 permintaan batu bara global diperkirakan mencapai sekitar 7,4 miliar ton dan akan semakin menurun untuk tahun-tahun ke depannya.
Aseanakan menjadi kawasan konsumen batu bara terbesar ketiga, melampaui AS dan Uni Eropa yang akan kembali fokus mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.
Sementara itu, di China, permintaan batu bara mencapai titik tertinggi. Selain itu, India serta beberapa negara lain di Asia Selatan diperkirakan meningkatkan penggunaan batu bara hingga tahun 2025 karena produksi industri meningkat dan kapasitas baru berbahan bakar batu bara dibangun.
IEA menjelaskan, dalam prospek jangka pendek, faktor lain yang mendorong ketidakpastian adalah penurunan impor batubara Australia oleh China.
“Meskipun kami memperkirakan perdagangan batubara internasional akan pulih pada 2021, didukung oleh peningkatan permintaan global, prospek jangka menengahnya sangat tidak pasti,” papar IEA.
Hal ini terutama terjadi terkait dengan evolusi kebijakan impor China dan perkembangan produksi batu bara termal asli India.
Di lantai bursa ICE, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Januari 2020 pada penutupan perdagangan Jumat (18/12/2020) berhasil terapresiasi 0,24 persen ke posisi US$84,25 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah menguat hingga 14,86 persen.
0 comentários:
Posting Komentar